Labels

Sabtu, 07 Januari 2017

Perkembangan Matematika di Zaman Babilonia Kuno dan Mesir

Setelah pada tulisan sebelumnya membahas tentang aliran dalam matematika, maka kesempatan kali ini akan sedikit diulas mengenai sejarah perkembangan matematika khususnya di wilayah Babilonia Kuno dan Mesir.

 Berbicara tentang Babilonia, pernahkah kalian mencari tau dimana letak Babilonia? Jika kalian melakukan pencarian di internet, akan ditemukan bahwa Babilonia terletak di selatan Mesopotamia (sekarang lebih dikenal dengan irak) di wilayah Sumeria dan Akkadia. Dasar matematika di Babilonia Kuno diturunkan dari bangsa Yunani. Pada masa ini dikenal adanya bilangan berbasis 60 atau sistem bilangan seksagesimal.
 Jadi, bagaimana maksud bilangan berbasis 60?
·         Pada notasi bilangan yang dipisahkan koma
Misal : 1, 12, 30  maka akan diperoleh 1x602 +12x60 +30
·         Pada notasi bilangan pecahan
1/8 = 0;7,30 maka akan diperoleh 0 + 7/60 + 30/602
 Mengulas tentang sejarah, pasti tidak jauh-jauh dengan peninggalannya. Ditemukannya a) Papan Yale YBC 7289, papan yang digambari diagram berupa segiempat berukuran 30cm. b) Papan Susa, berisi cara meghitung radius sebuah lingkaran melalui segitiga sama sisi, dengan sisi-sisinya 50, 50, dan 60. c) Papan Tell Dhibayi, berisi permasalahan geometris yang meminta dimensi sebuah bujur sangkar yang telah diketahui luas diagonalnya. Tentunya keberadaan 3 papan tersebut sudah dapat membuktikan bahwa matematika benar-benar berkembang di Babilonia Kuno, kan?

Bergeser ke wilayah Mesir yang tepatnya terletak di Afrika bagian Timur Laut. Pada abad ke 19, seorang sarjana Perancis J.F Champolion mampu menerjemahkan secara perlahan tulisan hieroglif. Dari sinilah kemudian tumpah beberapa cara dalam menuliskan penomoran Mesir. 
 Jika kalian bertanya bagaimana dengan penomoran di Mesir. Apakah di sana juga berbasis seperti penomoran di Babilonia?
Maka jawabannya adalah iya. Mesir juga memiliki bilangan berbasis, hanya saja bukan berbasis 60 melainkan berbasis 10. Karena berbasis 10, berarti mereka memiliki simbol masing-masing untuk satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluhribuan, ratusribuan, dan jutaan.

Lalu bagaimana dengan penulisan angka hieroglif sementara mereka tidak memiliki angka 2 dan seterusnya?
Misalnya untuk menulis 173, maka kita mulai menulisnya dari kanan ke kiri dimulai dengan satu simbol ratusan, tujuh simbol puluhan, dan tiga simbol satuan. Nah cukup rumit bukan? Hal ini jelas membutuhkan waktu dan ruang menulis yang banyak. Sementara untuk bilangan fraksi mereka hanya mengenal bilangan 1/n. Untuk cara penulisannya sama seperti penulisan angka hieroglif biasa, hanya saja diatasnya diberi simbol ‘mulut’ yang berarti ‘bagian’. Untuk perkembangan matematika di Mesir, mereka sudah bisa menemukan penggunaaan bilang ( Perkalian, penjumlahan, pembagian) serta geometri ( Rumus luas segitiga, trapesium, dan lingkaran).

1 komentar:

  1. Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'

    BalasHapus